Senin, 05 Desember 2011

celakalah kamui...

Amos 6:1-14
Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan.
Hari ini kita akan merenungkan firman Tuhan dari Amos 6:1-14. Kita akan membaca secara bergantian. Program Indonesia akan membaca ayat 1, program Mandarin akan membaca ayat 2, demikian seterusnya sampai dengan ayat 14.
Saudara, ketika membaca bagian ini, saya teringat dengan film India. Biasanya dalam film-film India, ada tuan tanah yang namanya itu Tuan Takur. Digambarkan tuan Takur adalah orang yang sangat kaya, tapi tamak n cenderung menginjak orang yang lemah. Dia bisa melakukan apa saja untuk menambah kekayaannya, atau untuk mendapatkan apa yang dia ingini.
Dalam kitab Amos, digambarkan juga keadaan Israel yang penuh dengan ketidakadilan dan penindasan kepada kaum yang lemah. Itulah sebabnya Amos dipanggil, untuk menyampaikan nubuat tentang bangsa-bangsa, dan terutama untuk kaum Israel. Karena berita yang disampaikannya itulah maka Amos, seorang peternak domba dari Tekoa, yang tidak pernah sekolah nabi, diusir dari Israel dan disuruh pergi ke tanah Yehuda oleh imam Amazia.
Mengapa Amos diusir? Karena Amos menubuatkan sesuatu yang buruk tentang Israel. Apa sebenarnya yang dinubuatkan oleh Amos?
Mari kita melihat ayat 1.
Disana dituliskan “celaka atas orang-orang yang merasa aman.....merasa tenteram....orang-orang terkemuka.....dan orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang.
Celaka buat orang seperti itu. Berarti kalau mereka tidak merasa aman, mereka tidak akan celaka? Atau kalau mereka tidak berada di Sion, atau di gunung Samaria, atau bukan dari bangsa yang utama, mereka juga tidak akan celaka?
 Ternyata bukan itu. Bukan masalah tempatnya, atau merasa aman-tenteramnya. Tapi apa yang telah mereka lakukan itulah yang membuat celaka.
Ayat 3-6 menuliskan tentang ‘kejahatan’ yang dilakukan oleh orang Israel, tepatnya oleh pemimpin kaum Israel. Mereka memerintah dengan kekerasan, memuaskan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain, dan tidak peduli kepada bangsanya sendiri. Yang dicari adalah kepuasan diri sendiri, kesenangan diri sendiri. AASYLBA, Asalkan Aku Senang Yang Lain Bodo Amat.
Inilah yang menjadikan mereka celaka, dan itulah sebabnya mereka harus dihukum. Mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan (ay. 7).
Aduh, kok begitu saja dihukum seh? Saudara, kalau kita baca pasal sebelumnya, disana dengan jelas dikatakan bahwa Tuhan sudah melakukan berbagai cara untuk menyadarkan mereka. Melalui kelaparan, kekeringan, penyakit, bahkan kehancuran (lihat 4:6-13). Tapi ternyata mereka tidak mau berbalik kepada Tuhan. Mereka menutup telinga mereka dari suara Tuhan, mereka menutup mata mereka melihat kesulitan sebangsanya, dan mereka hanya membuka perut mereka untuk memuaskan nafsu mereka sendiri.
·        Suatu hari ada seorang mama yang mendapati anaknya sedang mencuri kue yang sedang dibuatnya. Sebagai mama yang baik, ia bertanya kepada anaknya. “Sayang, kenapa kamu mencuri? Bukankah kamu tahu kalau Tuhan itu ada dimana-mana?”, kata sang mama. Anak itu hanya mengangguk. Mama pun bertanya lagi, “kamu tahu kalau Tuhan juga ada di dapur, mengawasi kamu ketika kamu mengambil kue itu?”. Kembali anaknya hanya mengangguk. Lalu mama pun bertanya, “kira-kira, apa yang dikatakan Tuhan ketika melihat kamu mencuri?”. Anak itu terdiam sebentar, memandang mamanya, dan dengan polos berkata, “Tuhan bilang, disini hanya ada kita berdua, ayo ambillah kue itu dua”.

Saudara, anak itu berusaha menyakinkan mamanya bahwa Tuhan mengijinkan perbuatannya. Bukankah itu yang dilakukan oleh bangsa Israel di jaman Amos? Mereka melakukan kejahatan tapi tetap memberikan persembahan kepada Tuhan dengan anggapan Tuhan suka akan persembahan mereka. Tetapi ternyata tidak (lihat 5:21-23).
Saudara, berapa banyak diantara kita yang hanya sibuk memuaskan diri sendiri, dan melakukan penindasan kepada orang yang lemah? Berapa banyak diantara kita yang menjadikan firman Tuhan sebagai tameng untuk mendapatkan apa yang kita ingini?
Tuhan sangat sayang kepada kita, dan ketika ada perbuatan kita yang tidak menyenangkan-Nya, maka Ia pasti akan memberitahu kita. Kalau kita tidak lagi peka akan suara Tuhan, saudara, berhati-hatilah, berhati-hatilah kalau kita tidak lagi mau ditegur oleh Tuhan.
Jangan sampai kita dibuang, karena kita berjalan menurut kehendak kita sendiri saja.

Bukan masalah tempat atau rasa aman, yang membuat pemimpin Israel akan mengalami hukuman, tapi apa yang mereka lakukan. Kejahatan merekalah yang membuat Tuhan murka dan akan membuang mereka.

Selanjutnya mari kita melihat ayat 12.

Disana dituliskan, “berlarilah kuda-kuda diatas bukit batu, atau dibajak orangkah laut dengan lembu?”.

Ini adalah suatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh orang yang waras. Bukan masalah efektif atau efisiennya. Tapi ini suatu hal yang tidak benar.

Orang yang punya kuda, pasti tidak akan membiarkan kudanya berlarian di bukit batu, sekalipun kuda pakai sepatu, tapi tetap bebatuan akan melukai kakinya. Sama dengan lembu, tidak mungkin laut itu dibajak dengan lembu. Yang ada malah tenggelam, moooooohhhh.
Berarti kalau ada orang yang membiarkan kuda atau lembunya melakukan hal seperti itu, mungkin orang itu ‘oon, atau ‘99’, atau malah tidak sayang kepada kuda atau lembunya. Tapi kemungkinan terakhir itu sangat kecil, yang paling besar adalah orang yang melakukannya itu ‘oon.

Namun saudara, ayat selanjutnya mengatakan kalau “sungguh, kamu telah mengubah keadilan menjadi racun dan hasil kebenaran menjadi ipuh!”

Mereka bukan saja melakukan kekerasan, penindasan, tapi mereka mengubah keadilan dan kebenaran menjadi kepahitan. Inilah kejahatan Israel yang selanjutnya.

Tidak puas dengan menindas orang lemah. Tidak puas dengan memakan habis milik orang lemah. Mereka juga mengubah, atau memutarbalikkan kebenaran dan keadilan. Untuk apa mereka lakukan itu? Tetap untuk pemuasan diri mereka sendiri. Untuk kesenangan diri sendiri.

Mereka bukannya tidak tahu kebenaran. Tapi mereka tidak mau melakukan kebenaran. Atau mereka malah sok tahu, menganggap kebenaran adalah apa yang mereka lakukan dan pikirkan, bukan apa yang Tuhan pikirkan.
Ayat 14 dikatakan, “Tuhan akan membangkitkan suatu bangsa untuk melawan bangsa Israel, dan mereka akan menindas kamu”. Ada penghukuman Tuhan yang diberikan.

·        Ada seorang guru yang pada hari itu sedang berulangtahun. Biasanya, di tahun-tahun yang lalu, anak-anak muridnya akan membawakan kado sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua muridnya itu. Maka ketika sang guru menerima kado dari Susi, ia bisa menebak kalau kadonya adalah sebuah buku, karena ayah Susi memiliki toko buku. “aha, miss tahu kamu memberikan miss hadiah buku kan?”, kata guru itu. “iya, benar, kok miss bisa tahu seh?”, kata Susi. “Miss kan selalu tahu”, katanya. Lalu kepada Tomi, guru itu berkata, “nah, kamu pasti memberikan miss baju yah?” (ayah Tomi punya toko baju). “betul miss, kok miss tahu seh?” “Miss kan selalu tahu”. Demikian seterusnya, sampai giliran Bobby. Karena orangtua Bobby ini punya toko minuman, apalagi kertas pembungkusnya basah, maka sang guru berkata kepada Bobby, “aha, pasti kamu membawakan miss sirup yah?” “Bukan”, kata Bobby. “Ehm, kalau begitu, lemon?”. Bobby menggelengkan kepalanya. Tangan miss basah, lalu dia menjilat salah satu jarinya, tapi tetap tidak bisa menebak. “Markisa asli?”. Bobby menjawab, “bukan, saya membawakan miss seekor anak anjing”.  

Saudara, kebenaran bukanlah apa yang kita rasakan, atau yang kita inginkan atau apa yang kita pikirkan. Kebenaran adalah kebenaran, dan tolok ukur kebenaran kita adalah firman Tuhan. Alkitab inilah yang menjadi ukuran sesuatu yang kita lakukan itu benar ataukah tidak.

Perbuatan kita itu benar atau tidak, tidak diukur dari kesenangan yang kita dapatkan. Keuntungan yang kita terima, atau pujian yang kita harapkan.

Orang Israel, yang melakukan kekerasan, penindasan, dan mengubah kebenaran dan keadilan menajdi racun, pada akhirnya akan mendapatkan hukuman dari Allah.
Yang menindas, pada akhirnya akan ditindas juga. Yang memerintah dengan kekerasan, akhirnya akan dihancurkan dan diperintah dengan kekerasan juga. Hukum tabur-tuai berlaku disini.

Saudara, menindas dan ditindas, pasti akan kita temui dalam kehidupan kita. Homo homini lupus, mau tidak mau terjadi juga. Lalu bagaimana respon kita menghadapi hal itu?
Bukan masalah tempat atau situasi yang kita hadapi, tapi bagaimana kita bisa meresponi apa yang terjadi dan apa yang kita alami, sesuai dengan terang firman Tuhan.
Oleh karena itu, pekalah dengan suara Tuhan, lembutkan hati untuk mau ditegur oleh Tuhan, dan peliharalah hubungan pribadi dengan Tuhan.

Mari kita berdoa. Amin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar