Selasa, 14 Juni 2011

Kerasnya Perkataan Yesus


Kenapa dikatakan perkataan Yesus keras? 
Karena Yesus mengatakan yang sebenarnya dan tanpa basa-basi dan langsung menusuk.

Perkataan Yesus yang seperti apa yang keras itu?
1.      Ay. 26
Yesus melihat ke dalam hati mereka, apa yang sebenarnya mereka cari, atau alasan mereka mengikuti Yesus.
Bukan karena percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, tapi semata karena berharap Yesus melakukan mukjizat 5 roti dan 2 ikan lagi.
Jadi yang dicari mereka adalah berkat, bukan Pemberi berkat.
Yang dicari adalah makanan jasmani, bukan makanan rohani.

2.       Ay. 31, 35
Yesus memberi tahu kebenaran, tapi mereka lebih menyukai kebenaran mereka sendiri.
Musalah nabi besar mereka.
Disini semakin dibukakan pendapat mereka bahwa dalam pendangan mereka, Yesus hanyalah anak Yusuf, si tukang kayu dari Nazaret.

3.       Ay. 52
Perkataan Yesus tidak dapat diterima oleh orang-orang yang mengeraskan hatinya sendiri dan hanya memakai logika, orang-orang yang tidak mendapat karunia pengenalan akan Dia.
Yesus yang mengatakan bahwa Dialah Roti Hidup, ternyata malah membuat orang-orang yang semula mengikuti-Nya menjadi berbalik dan pulang.

Fokus
-          Ay. 60, 61b, 68, 70
Perkataan ini keras/sulit, siapa yang sanggup mendengarkannya/mengerti?
Adakah perkataan itu menggoncangkan iman Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
Bukankan Aku sendiri yang telah memilih kamu

-          Perkataan Yesus memang keras dan sulit dimengerti oleh orang-orang kebanyakan.
Tapi bagi mereka yang telah dipilih oleh Yesus sendiri, perkataan itu tidaklah keras, dan tidak bermaksud untuk menggoyahkan iman mereka, hanya supaya mereka tetap teguh dan kuat dan percaya kepada Dia, Yang Kudus dari Allah

-          Biarlah seperti Petrus, ketika kita mendengar kata-kata yang keras atau mungkin melemahkan kita, kita tetap datang pada Yesus dan berkata: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Kami percaya Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Yesus:
1.       Berani mengajarkan kebenaran (ay. 60)
2.       Peka melihat sikon/raut wajah pendengar-Nya (ay. 61)
3.       Tahu foreknowledge n forthknowledge (ay. 64)
4.       Tidak memaksa orang untuk mengikuti Dia (ay. 66)

Ketaatan Hamba Tuhan



Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan.

Pagi ini kita akan merenungkan firman Tuhan dari Yehezkiel 12:1-28, tapi kita hanya akan membaca ayat 8-16 saja. Mari kita membacanya secara bergantian.

Setelah mendapatkan penglihatannya ketika ia berada di Sungai Kebar, Yehezkiel menceritakan penglihatannya itu kepada orang-orang di pembuangan (11:25).
Pada pasal 12 ini, Tuhan kembali berfirman kepada Yehezkiel (12:1-2). Yehezkiel dijadikan oleh Tuhan sebagai lambang bagi kaum Israel (ay. 6b).
Tindakan yang dilakukan oleh Yehezkiel ini menggambarkan keadaan kaum Israel yang tinggal di Yerusalem; dan juga mengenai Zedekia, raja Israel, yang nantinya akan menutupi mukanya ketika keluar sebagai orang buangan. Raja itu akan mati disana, dia akan ditangkap dan dibawa ke Babel, tanah orang Kasdim (ay 11-13).

Tujuan Tuhan melakukan ini, agar kaum Israel tahu kalau ‘Akulah Tuhan’ (ay. 16). Tuhan melakukan itu supaya Israel bisa bertobat dan mengakui dirinya sebagai kaum pemberontak (ay. 3b), yang punya mata tapi tidak melihat dan punya telinga tapi tidak mendengar (ay. 2), sehingga mereka bisa datang mengakui dosa mereka kepada Tuhan, sehingga akhirnya mereka kembali kepada Tuhan dan mengakui bahwa ‘sungguh Engkau adalah Tuhan’.

Tuhan itu penuh dengan kasih, sehingga dalam penghukuman yang diberikan-Nya pun, Ia menginginkan adanya pertobatan dan ingin agar orang yang ‘dihukum-Nya’ tahu bahwa Dia adalah Tuhan. Itu sebabnya kita harus membuka mata dan telinga kita, agar mau ditegur oleh Tuhan, agar mau diubahkan oleh Tuhan, dan hidup kita boleh memuliakan nama-Nya.

Itu sekilas gambaran mengenai pasal 12 ini. Nah, pada pagi ini kita mau belajar dari Yehezkiel, seorang hamba Tuhan. Apa saja yang dilakukan oleh Yehezkiel sebagai hamba Tuhan? 

1.       Melakukan sesuai yang diperintahkan oleh Tuhan – ketaatan (ay. 7)
Tepat seperti yang disuruh oleh Tuhan, dilakukan oleh Yehezkiel.
Dia disuruh menyediakan barang-barang seorang buangan, berjalan pada siang hari seperti seorang buangan, pergi dari tempatnya sekarang ke tempat lain seperti seorang buangan, membuat sebuah lobang di tembok dan keluar dari situ, menaruh barang-barang diatas bahu dan keluar saat malam gelap, dan menutupi muka sehingga tidak bisa melihat tanah (ay. 3-6).
Dia disuruh makan minum dengan gemetar, disuruh mengatakan apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada kaum Israel (ay. 18).
Semuanya dilakukannya tepat seperti yang diperintahkan oleh Tuhan.
Semuanya dilakukan, karena dia taat, menyadari dirinya adalah nabi/hamba Allah.

·         Ada teman pelayanan saya yang sedang pelayanan di Kamboja, selesai pelayanan, sebelum pulang ke Indonesia, dia mampir dulu ke Singapura. Waktu di Singapura, uangnya sudah menipis, karena dia pelayanan pakai uang pribadi. Jadi dia berhati-hati sekali pakai uang, supaya bisa beli tiket pesawat ke Indonesia. Di Singapura, ada seorang ibu yang memberikan dia amplop berisi uang, teman saya ini bersyukur karena Tuhan memakai si ibu sebagai saluran berkat. Ketika sedang berdoa mengucap syukur, dia merasa Tuhan menyuruhnya memberikan semua uang itu kepada seseorang. Terjadi pergumulan hebat, tapi akhirnya dia belajar untuk taat. Tahu apa yang terjadi? Beberapa hari menjelang kepulangannya ke Indonesia, ternyata salah satu sepupunya memberikan amplop dan bilang ini untukmu. Bapak/Ibu/Saudara, jumlahnya dua kali lipat dari amplop yang diterima dari si ibu. Teman saya bilang, bukan masalah isi amplopnya, tapi bagaimana Tuhan telah memeliharanya melalui ketaatan yang dilakukannya.

Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan, biasanya kita taat kalau itu menguntungkan diri sendiri, atau sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Tapi apakah kita mau taat kalau itu adalah sesuatu yang sulit dilakukan? Yehezkiel bisa melakukan itu, dia mau taat sekalipun kalau dilihat secara fisik, ketaatannya merugikan dirinya sendiri.

2.       Melakukan dengan maksimal – yang terbaik
Yehezkiel bukan cuma taat, tapi juga maksimal. Dia melakukan apa yang bisa dia lakukan, tanpa berbantah-bantahan, tanpa terpaksa, tanpa menolak, dan siap menerima resikonya.
Sekalipun dia sudah diberitahukan kalau kaum Israel dikatakan sebagai kaum pemberontak, punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar; yang artinya apa yang dilakukan oleh Yehezkiel mungkin tidak mempengaruhi pertobatan kaum Israel, Yehezkiel tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dengan maksimal, tidak asal-asalan.

·         Suatu hari dalam suatu acara besar, tim dekor, yang tugasnya mendekorasi ruangan dan membuat tema acara dengan memakai sterofoam, ternyata tidak bisa bekerjasama dengan baik. Mereka saling menyalahkan karena ternyata sudah menjelang hari H, temanya belum ditempel. Akhirnya dengan suasana hati yang tidak enak, beberapa orang menempel sendiri tema itu, yang penting ada dan sudah ditempel, begitu kata mereka. Ketika acara dimulai, tiba-tiba satu persatu huruf mulai berjatuhan, dan Bapak/Ibu/Saudara, tentunya bisa menduga apa yang terjadi selanjutnya? Acara memang bisa berjalan lancar, namun gangguan yang terjadi itu ternyata membuat imej yang kurang baik terhadap penyelenggara dan panitia.

Bapak/Ibu/Saudara, Yehezkiel tetap melakukan yang terbaik, sekalipun dia tahu kecil kemungkinannya dia akan berhasil meyakinkan kaum Israel untuk bertobat. 

3.       Melakukan karena belas kasihan – tidak egois
Yehezkiel melakukan itu untuk keselamatan orang lain, dan bukan untuk dirinya sendiri. Yehezkiel sudah tenang berada di pembuangan, tapi ternyata ia tetap memiliki belas kasihan kepada kaumnya yang masih ada di Yerusalem, yang nantinya akan mendapatkan penghukuman Tuhan karena ketidaktaatan mereka.
Dia tidak melakukan karena mengharapkan upah dari Tuhan atau karena ingin dipuji manusia. Tapi dia melakukannya, karena tahu kaumnya telah mendukakan hati Tuhan dan mereka perlu untuk bertobat.

·         Bapak/Ibu/Saudara tentunya masih ingat akan kisah Yunus. Dia disuruh untuk ke kota Niniwe, tapi dia menolak dan malah ingin pergi ke Tarsis, menghindar jauh, tidak mau dan tidak ingin orang-orang Niniwe itu bertobat. Sekalipun dia akhirnya pergi juga ke Niniwe dan memberitakan kalau ’40 hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan’. Tapi Yunus melakukannya bukan karena belas kasihannya kepada orang-orang Niniwe. Tahu darimana? Buktinya ketika akhirnya orang-orang Niniwe bertobat dan Tuhan tidak jadi menghancurkan kota Niniwe, Yunus menjadi marah kepada Tuhan (Yunus 4).

Yehezkiel taat melakukan firman Tuhan hanya karena ia memiliki belas kasihan kepada kaum Israel. Dia ingin mereka bertobat dan kembali kepada Tuhan. Apakah kita juga memiliki belas kasihan yang sama kepada keluarga kita, saudara kita, teman kita, yang belum percaya kepada Kristus dan masih hidup dalam kegelapan?  

Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan, tiga hal yang bisa kita pelajari dari Yehezkiel, ketika Tuhan meminta kita melakukan sesuatu, baiklah kita melakukannya tepat seperti yang diperintahkan, dengan memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan, dan atas dasar belas kasihan kepada sesama kita.

Amin. Mari kita berdoa.  

Penglihatan Yehezkiel


YEHEZKIEL 8

Dewa Tamus = dewa tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkit kembali. Melambangkan hilangnya tumbuh-tumbuhan, pada musim panas dan hidupnya kembali pada waktu hujan pada musim semi berikutnya.
Perkabungan dewa Tamus terjadi pada hari kedua bulan keempat (Juni/Juli) yang dinamai menurut peristiwa ini. Peristiwa ini memperingati kematian dewa Sumer yang bernama Dumuzi (artinya ‘anak yang sungguh’), tokoh legendaris dongeng, yaitu gembala dan suami Isytar yang hidup pada zaman sebelum air bah. Pada kematian sang dewa, Isytar berkabung dan mengajak semuanya turut berkabung.
Asyera = dewi Kanaan, disebut dewi kesuburan, karakternya mendorong kepada tindakan seksual yang imoral/ga bener, dan mendukung kepuasan pada diri sendiri. Dulu jamannya raja Manasye yang menempatkan dewi ini dalam kuil (2 Raja 21:7). Raja Yosia telah membakar tiang Asyera.
Yehezkiel adalah seorang imam, yang akhirnya mendapat panggilan sebagai nabi ketika ia berada di Babel. Dia dibuang ke Babel sekitar tahun 597sM, tinggal di Tel-Abib, suatu tempat dekat Sungai Kebar.

Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara, pada pagi ini kita akan merenungkan satu bagian Firman Tuhan dari Yehezkiel 8:1-18.
Sebelumnya mari kita berdoa. Amin.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, ay. 1-4 menuliskan bagaimana ketika Yehezkiel sedang berada di rumahnya, di Tel-Abib, di dekat Sungai Kebar, di Babel, ketika ia sedang duduk bersama para tua-tua Yehuda, ia mendapatkan penglihatan. Penglihatan ini nantinya berkaitan dengan apa yang terjadi di Yerusalem. Ay. 5-16 menuliskan empat macam tindakan orang Israel di Yerusalem, sedangkan ay. 17-18 menuliskan bagaimana perasaan Tuhan melihat semua itu.
Ay. 5-6 ada berhala (kemungkinan patung Asyera) di dekat jalan masuk, di sebelah utara gerbang mezbah. Asyera adalah dewi kesuburan Kanaan, yang mendorong akan tindakan seksual yang tidak benar/immoral dan mendukung kepuasan pada diri sendiri.
Ay. 7-13 memperlihatkan kelakuan dari 70 tua-tua kaum Israel, yang di dalam kamar mereka masing-masing ternyata mempersembahkan ukupan kepada berhala yang terukir pada tembok kamar mereka masing-masing. Mereka melakukannya dengan alasan Tuhan tidak melihat kita, dan Tuhan sudah meninggalkan tanah ini.
Ay. 14-15 ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus. Dewa Tamus dipercaya sebagai dewa tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkit kembali. Melambangkan hilangnya tumbuh-tumbuhan, pada musim panas dan hidupnya kembali pada waktu hujan pada musim semi berikutnya.
Dan terakhir, ay. 16 memperlihatkan ada 25 laki-laki yang membelakangi Bait Allah dan sujud pada matahari, padahal mereka ada di dalam pelataran Bait Allah, di antara balai Bait Suci dan mezbah.
Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah mengapa Tuhan memperlihatkan penglihatan-penglihatan itu ketika Yehezkiel ada bersama dengan para tua-tua Yehuda? Menurut buku yang saya baca, kemungkinan para tua-tua itu datang kepada Yehezkiel pada hari Sabat, untuk mendengarkan firman Tuhan. Sehingga bila penglihatan itu bertepatan dengan kedatangan para tua-tua, pasti ada maksud dibalik semua itu.
Yang saya dapatkan adalah, penglihatan itu diberikan untuk mengingatkan orang-orang Israel yang ada di pembuangan Babel, mengapa mereka sampai dibuang, dan melalui penglihatan ini, Tuhan ingin agar mereka kembali kepada Tuhan.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kalau melihat kembali ay. 5-16, kekejian yang dilakukan oleh orang Israel di Yerusalem, bahkan dekat dengan Bait Allah, saya melihat apakah sebenarnya tanpa disadari kita juga bertindak seperti itu saat ini.
Kekejian yang pertama dilakukan adalah menempatkan dewi Asyera di dekat jalan masuk, tentu saja tujuannya supaya orang yang mau datang ke Bait Allah, tidak jadi masuk, dan malah mempersembahkan korban mereka kepada patung tersebut. Nah, apakah kita juga menempatkan ‘Asyera-Asyera’ lain dalam tindakan/sikap hidup/bicara kita, yang membuat orang lain tidak mau/enggan masuk dalam gereja?
·         Ada seorang Bapak yang tidak mau lagi datang ke gereja, karena melihat salah satu aktivis/pengurus gereja yang ikut memasang togel. Dia bilang, ah buat apa ke gereja, orang gereja aja ikut pasang togel kok.
Kekejian kedua dilakukan oleh tua-tua kaum Israel, yang nota bene adalah orang-orang yang tahu benar akan hukum Taurat, bahkan yang mungkin memiliki kedudukan yang baik dalam masyarakat Yahudi. Mereka menyembah berhala dengan alasan Tuhan tidak melihat dan Tuhan sudah meninggalkan mereka. Orang-orang yang sudah tahu dan paham betul akan firman, ternyata tidak menghidupi firman itu sendiri. Apakah itu juga kita lakukan, dengan memisahkan hal yang rohani dengan hal yang tidak rohani. Gereja adalah rohani, jadi melakukan hal yang baik dalam gereja. Rumah atau pekerjaan atau sekolah bukan hal yang rohani, jadi bisa melakukan kejahatan di luar gereja.
·          

Kekejian ketiga dilakukan oleh para perempuan yang menangisi Dewa Tamus atau dewa tumbuh-tumbuhan atau dewa makanan orang Babel. Apakah itu juga dilakukan oleh kita? Mementingkan urusan perut/kampung tengah, sehingga hal yang lain tidak diurusi. Pikiran kita hanya disibukkan dengan kesejahteraan diri kita atau keluarga kita saja, sehingga nantinya bisa mencari kesejahteraan itu dengan cara yang fasik/tidak benar, seperti yang dikhotbahkan oleh Ci Anita kemarin malam.
·          

Kekejian keempat juga dilakukan oleh para laki-laki dengan menyembah matahari dan membelakangi bait Tuhan. Matahari menggambarkan permulaan hari yang baru, matahari disembah karena dianggap sebagai sumber kehidupan. Apakah kita juga membelakangi Tuhan dan malah sibuk mencari berkat-berkat yang disediakan oleh Sang Pencipta tersebut?
Akhirnya Tuhan murka dan ay 6 dikatakan bagaimana Tuhan harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Nya, yaitu Yerusalem, karena tempat itu sudah dikotori. Ay. 17-18 menuliskan dalam murka-Nya, Tuhan mengatakan tidak akan sayang lagi kepada Israel, tidak akan lagi berbelas kasih kepada mereka, dan tidak mau lagi mendengarkan mereka. Bukankah ini merupakan suatu hukuman yang sangat berat, ketika kita ditinggalkan oleh Tuhan, Sang Pencipta, yang sangat mengasihi kita. Umat pilihan akhirnya menjadi diasingkan.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan, kaum Israel di Yerusalem melakukan kekerasan dan kejahatan yang akhirnya menyedihkan hati Tuhan. Mereka berada di Yerusalem dan dekat dengan bait Allah, namun ternyata mereka melupakan Tuhan dan malah menyembah berhala. Hal ini kebalikan dengan orang Israel yang ada pembuangan di Babel, dalam kejauhan dan keterasingan, mereka merindukan firman Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau dimurkai oleh Tuhan, ataukah kita ingin mendapatkan berkat dari Tuhan? Adalah suatu berkat kalau kita bisa mengenal Tuhan kita Yesus Kristus, bisa beribadah dan datang kepada-Nya setiap saat dan setiap waktu. Mana yang kita pilih?
Mari kita berdoa. 






Kristen Kelas Dunia


MENJADI SEORANG KRISTEN KELAS DUNIA
Markus 16:15; Mazmur 67:2

Ada dua pilihan di tangan kita:
1.       Menjadi orang Kristen kelas dunia, atau
2.       Menjadi orang Kristen duniawi.

Apa bedanya? Bukankah sama-sama menjadi orang Kristen? Ya jelas beda dong, sama saja dengan pilihan mau jadi Putri Indonesia atau Putri di Indonesia. Setiap anak perempuan yang lahir di Indonesia pasti secara otomatis, adalah putri di Indonesia. Tapi tidak setiap anak perempuan di Indonesia menjadi Putri Indonesia.

Begitupun dengan menjadi orang Kristen. Menjadi orang Kristen, itu sudah menjadi pilihan kita, namun tidak selesai sampai disitu saja. Orang Kristen yang bagaimana yang akan kita pilih? Malam ini kita akan bersama-sama membahas bukunya Rick Warren, bab yang ke-38.

Rick Warren menuliskan bahwa orang-orang Kristen duniawi itu bukannya orang-orang Kristen yang tidak pernah atau jarang pergi ke gereja, bukannya orang kristen yang masih suka akan kehidupan duniawi, seperti dunia malam, mabuk-mabukan, dll.

Tapi orang-orang Kristen duniawi menurut Rick Warren adalah orang Kristen yang tetap rajin ikut persekutuan, datang ke gereja tiap minggu, ikut KKR, ikut seminar, rajin berdoa, tapi.....memiliki pandangan yang berbeda tentang Allah.

Bagi orang-orang seperti itu, Allah hanya dipandang atau dipakai untuk pemuasan pribadi. Mereka ingin memakai Allah untuk tujuan-tujuan mereka dan bukan dipakai untuk tujuan-tujuan Allah. Mereka berdoa hanya untuk diri mereka sendiri, berkat, kesehatan, kenyamanan diri sendiri dan bukan orang lain.

Sedangkan orang Kristen kelas dunia adalah orang Kristen yang tahu bahwa mereka diselamatkan untuk melayani dan diciptakan untuk sebuah misi, yaitu menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus, menjadikan semua bangsa murid-Nya, memperkenalkan Injil kepada orang yang belum percaya.

Setiap kita bisa menjadi orang Kristen kelas dunia. Bagaimana caranya menjadi orang Kristen kelas dunia? Pola pikir kita harus berubah:

1.       Dari I-sentris menuju ke U-sentris (1 Kor 14:20, Flp 2:4)
Kalau dulunya kita ini I-sentris atau Aku-sentris, maka sekarang harus berubah menjadi U-sentris atau Kamu-sentris. Cara praktis yang bisa dilakukan adalah berdoa untuk orang lain. Doa saja dalam hati, supaya orang yang kita ajak bicara itu mau mendengar berita Injil. Tapi memang butuh proses dan kemauan, namun semuanya pasti bisa asalkan kita mau bergantung kepada Allah setiap saat dan setiap waktu.

2.       Dari lokal menuju ke global (Yoh 3:16, Kis 1;8)
Biasanya kita hanya mendoakan anak, istri, suami, orangtua, pokoknya keluarga kita atau teman-teman yang terdekat saja. Namun Rick Warren menyarankan untuk menambahkan pokok doa kita. Bukan hanya untuk lingkungan sekitar kita, tapi juga untuk suku lain atau bangsa lain. Cara yang mudah, adalah dengan melihat peta atau bola dunia, dan tunjuk satu negara, dan mulailah doakan.

3.       Dari sekarang menuju kepada kekekalan (2 Kor 4;18, Mat 6:20-21, Yer 1:7-8) 
Kita harus menggunakan waktu kita sebaik mungkin. Jangan mencari-cari alasan atau jangan merasa tidak mampu untuk memberitakan Injil Yesus. Amanat Agung bukan diberikan Yesus kepada para hamba Tuhan saja, tapi diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung misi penginjilan, bisa denngan tenaga, waktu, dana, dan juga dengan doa.
Jika kita semua ingin menjadi seperti Yesus, kita harus memiliki hati untuk seluruh dunia. Sehingga semua kita yang ada disini bisa menjadi orang Kristen kelas dunia, dan bukan orang Kristen duniawi.

Mari kita berdoa.

Yesus >< Manusia


Siklus Hidup Yesus Tidak Sama Dengan Siklus Hidup Manusia (Markus. 16:1-8)

            Selamat pagi Bpk/Ibu/Sdr yang dikasihi Tuhan. Selamat hari Paskah. Tema kotbah hari ini adalah siklus hidup Yesus tidak sama dengan siklus hidup manusia. Saya mengajak kita membuka kita membuka kembali. Markus 16:1-8 sebelum kita merenungkan FT ini, mari kita berdoa.

            Dalam pelajaran Biologi / IPA, kita mendengar yang namanya siklus hidup manusia yang dialami oleh setiap orang yaitu Lahir, Hidup, Menikah, Punya Anak-Cucu, Tua, Mati. Siklus hidup manusia ini bagaikan satu buah lingkaran, yang diawali dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian. Karena tahu bahwa setiap manusia akan mengalami yang namanya siklus kehidupan manusia ini, maka banyak orang yang mencari cara supaya mereka tetap hidup terus. Atau paling ga bisa awet muda. Itu sebabnya ada jamu awet muda, orang menjaga makanannya biar terhindar dari penyakit; orang berguru / mencari ilmu; termasuk yang saya dengar makan sop janin di Tiongkok.

            Bpk/ibu/sdr yang dikasihi Tuhan, Yesus juga adalah manusia. Dia pun mengalami siklus hidup manusia itu. Dia dilahirkan di kandang di Betlehem, Dia hidup di Yerusalem kurang lebih selama 3,5 tahun. Dan akhirnya di usia yang masih muda sekitar 33 tahun, Ia harus mati diatas kayu salib. Yesus lahir, hidup dan mati. Sama seperti manusia yang lainnya. Tapi ternyata ada yang berbeda, karena setelah 3 hari, Ia bangkit dari kematian dan tidak pernah mati lagi. Ia hidup untuk selama-lamanya. Beda dengan Lazarus yang memang dibangkitakan dari kematian, namun setelah itu Ia mati lagi. Anak muda di Nain juga memang dibangkitkan dari kematian, namun ia juga mati lagi. Tak ada seorang pun manusia, bahkan nabi yang pernah mati lalu bangkit dan hidup selama-lamanya. Lalu apa makna kebangkitan Yesus untuk kita?

1. Yesus menepati apa yang dikatakan-Nya (ay. 7b)
Saat perjamuan malam sudah selesai, Yesus mengatakan kepada Petrus dan murid2-Nya yang lain bahwa Ia akan bangkit dan mendahului mereka ke Galilea (Mat. 26:32). Dan itu ditepati oleh-Nya. Ini berarti perkataan apapun yang dikatakan Yesus, pasti ditepati-Nya. Saat Yesus mengatakan “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepada-Mu, maka pasti Ia akan memberi kelegaan.
            Ilustrasi: Bedanya janji mama dengan janji papa

2. Ada perintah untuk memberitakan kabar baik ini (ay. 7a)
            Malaikat memerintahkan para wanita itu untuk pergi dan mengatakan kepada murod-murid tentang kebangkitan Yesus. Coba bayangkan, malaikat bukan menyuruh imam-imam atau ahli Taurat untuk menceritakan kebangkitan Yesus, tapi malaikat memakai para wanita yang pada waktu itu di Israel ga dianggap atau ga dihargai.
            Dan saat ini , Tuhan Yesus juga memerintahkan kita semua untuk memberitakan kabar baiknya, kabar tentang kebangkitan Yesus kepada semua orang. Bukan cuma Pendeta, bukan cuma Ev., tapi kita yang jemaat awam / biasa, bisa dipakai Tuhan dan malah diperintah Tuhan untuk menjadi pembawa pesan-Nya.

3. Orang yang percaya Yesus mendapat keselamatan kekal (ay. 8b)
            Kebangkitan Yesus mengungkapkan bahwa maut atau kematian tidak berkuasa atas Yesus. Ini berarti orang yang percaya Yesus juga tidak akan selama-lamanya berada dalam kematian. Kita akan dibangkitkan karena kita sudah mendapat keselamatan.
            Kepala Penjara Filipi bertanya kepada Paulus dalam Kis. 16: apa yang harus aku lakukan supaya aku dan seisi rumahku bisa selamat: Hanya 1 hal, yaitu percaya kepada Yesus.
            Ilustrasi: Anak Terbakar.