Selasa, 14 Juni 2011

Penglihatan Yehezkiel


YEHEZKIEL 8

Dewa Tamus = dewa tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkit kembali. Melambangkan hilangnya tumbuh-tumbuhan, pada musim panas dan hidupnya kembali pada waktu hujan pada musim semi berikutnya.
Perkabungan dewa Tamus terjadi pada hari kedua bulan keempat (Juni/Juli) yang dinamai menurut peristiwa ini. Peristiwa ini memperingati kematian dewa Sumer yang bernama Dumuzi (artinya ‘anak yang sungguh’), tokoh legendaris dongeng, yaitu gembala dan suami Isytar yang hidup pada zaman sebelum air bah. Pada kematian sang dewa, Isytar berkabung dan mengajak semuanya turut berkabung.
Asyera = dewi Kanaan, disebut dewi kesuburan, karakternya mendorong kepada tindakan seksual yang imoral/ga bener, dan mendukung kepuasan pada diri sendiri. Dulu jamannya raja Manasye yang menempatkan dewi ini dalam kuil (2 Raja 21:7). Raja Yosia telah membakar tiang Asyera.
Yehezkiel adalah seorang imam, yang akhirnya mendapat panggilan sebagai nabi ketika ia berada di Babel. Dia dibuang ke Babel sekitar tahun 597sM, tinggal di Tel-Abib, suatu tempat dekat Sungai Kebar.

Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara, pada pagi ini kita akan merenungkan satu bagian Firman Tuhan dari Yehezkiel 8:1-18.
Sebelumnya mari kita berdoa. Amin.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, ay. 1-4 menuliskan bagaimana ketika Yehezkiel sedang berada di rumahnya, di Tel-Abib, di dekat Sungai Kebar, di Babel, ketika ia sedang duduk bersama para tua-tua Yehuda, ia mendapatkan penglihatan. Penglihatan ini nantinya berkaitan dengan apa yang terjadi di Yerusalem. Ay. 5-16 menuliskan empat macam tindakan orang Israel di Yerusalem, sedangkan ay. 17-18 menuliskan bagaimana perasaan Tuhan melihat semua itu.
Ay. 5-6 ada berhala (kemungkinan patung Asyera) di dekat jalan masuk, di sebelah utara gerbang mezbah. Asyera adalah dewi kesuburan Kanaan, yang mendorong akan tindakan seksual yang tidak benar/immoral dan mendukung kepuasan pada diri sendiri.
Ay. 7-13 memperlihatkan kelakuan dari 70 tua-tua kaum Israel, yang di dalam kamar mereka masing-masing ternyata mempersembahkan ukupan kepada berhala yang terukir pada tembok kamar mereka masing-masing. Mereka melakukannya dengan alasan Tuhan tidak melihat kita, dan Tuhan sudah meninggalkan tanah ini.
Ay. 14-15 ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus. Dewa Tamus dipercaya sebagai dewa tumbuh-tumbuhan yang mati dan bangkit kembali. Melambangkan hilangnya tumbuh-tumbuhan, pada musim panas dan hidupnya kembali pada waktu hujan pada musim semi berikutnya.
Dan terakhir, ay. 16 memperlihatkan ada 25 laki-laki yang membelakangi Bait Allah dan sujud pada matahari, padahal mereka ada di dalam pelataran Bait Allah, di antara balai Bait Suci dan mezbah.
Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah mengapa Tuhan memperlihatkan penglihatan-penglihatan itu ketika Yehezkiel ada bersama dengan para tua-tua Yehuda? Menurut buku yang saya baca, kemungkinan para tua-tua itu datang kepada Yehezkiel pada hari Sabat, untuk mendengarkan firman Tuhan. Sehingga bila penglihatan itu bertepatan dengan kedatangan para tua-tua, pasti ada maksud dibalik semua itu.
Yang saya dapatkan adalah, penglihatan itu diberikan untuk mengingatkan orang-orang Israel yang ada di pembuangan Babel, mengapa mereka sampai dibuang, dan melalui penglihatan ini, Tuhan ingin agar mereka kembali kepada Tuhan.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kalau melihat kembali ay. 5-16, kekejian yang dilakukan oleh orang Israel di Yerusalem, bahkan dekat dengan Bait Allah, saya melihat apakah sebenarnya tanpa disadari kita juga bertindak seperti itu saat ini.
Kekejian yang pertama dilakukan adalah menempatkan dewi Asyera di dekat jalan masuk, tentu saja tujuannya supaya orang yang mau datang ke Bait Allah, tidak jadi masuk, dan malah mempersembahkan korban mereka kepada patung tersebut. Nah, apakah kita juga menempatkan ‘Asyera-Asyera’ lain dalam tindakan/sikap hidup/bicara kita, yang membuat orang lain tidak mau/enggan masuk dalam gereja?
·         Ada seorang Bapak yang tidak mau lagi datang ke gereja, karena melihat salah satu aktivis/pengurus gereja yang ikut memasang togel. Dia bilang, ah buat apa ke gereja, orang gereja aja ikut pasang togel kok.
Kekejian kedua dilakukan oleh tua-tua kaum Israel, yang nota bene adalah orang-orang yang tahu benar akan hukum Taurat, bahkan yang mungkin memiliki kedudukan yang baik dalam masyarakat Yahudi. Mereka menyembah berhala dengan alasan Tuhan tidak melihat dan Tuhan sudah meninggalkan mereka. Orang-orang yang sudah tahu dan paham betul akan firman, ternyata tidak menghidupi firman itu sendiri. Apakah itu juga kita lakukan, dengan memisahkan hal yang rohani dengan hal yang tidak rohani. Gereja adalah rohani, jadi melakukan hal yang baik dalam gereja. Rumah atau pekerjaan atau sekolah bukan hal yang rohani, jadi bisa melakukan kejahatan di luar gereja.
·          

Kekejian ketiga dilakukan oleh para perempuan yang menangisi Dewa Tamus atau dewa tumbuh-tumbuhan atau dewa makanan orang Babel. Apakah itu juga dilakukan oleh kita? Mementingkan urusan perut/kampung tengah, sehingga hal yang lain tidak diurusi. Pikiran kita hanya disibukkan dengan kesejahteraan diri kita atau keluarga kita saja, sehingga nantinya bisa mencari kesejahteraan itu dengan cara yang fasik/tidak benar, seperti yang dikhotbahkan oleh Ci Anita kemarin malam.
·          

Kekejian keempat juga dilakukan oleh para laki-laki dengan menyembah matahari dan membelakangi bait Tuhan. Matahari menggambarkan permulaan hari yang baru, matahari disembah karena dianggap sebagai sumber kehidupan. Apakah kita juga membelakangi Tuhan dan malah sibuk mencari berkat-berkat yang disediakan oleh Sang Pencipta tersebut?
Akhirnya Tuhan murka dan ay 6 dikatakan bagaimana Tuhan harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Nya, yaitu Yerusalem, karena tempat itu sudah dikotori. Ay. 17-18 menuliskan dalam murka-Nya, Tuhan mengatakan tidak akan sayang lagi kepada Israel, tidak akan lagi berbelas kasih kepada mereka, dan tidak mau lagi mendengarkan mereka. Bukankah ini merupakan suatu hukuman yang sangat berat, ketika kita ditinggalkan oleh Tuhan, Sang Pencipta, yang sangat mengasihi kita. Umat pilihan akhirnya menjadi diasingkan.
Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan, kaum Israel di Yerusalem melakukan kekerasan dan kejahatan yang akhirnya menyedihkan hati Tuhan. Mereka berada di Yerusalem dan dekat dengan bait Allah, namun ternyata mereka melupakan Tuhan dan malah menyembah berhala. Hal ini kebalikan dengan orang Israel yang ada pembuangan di Babel, dalam kejauhan dan keterasingan, mereka merindukan firman Tuhan.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau dimurkai oleh Tuhan, ataukah kita ingin mendapatkan berkat dari Tuhan? Adalah suatu berkat kalau kita bisa mengenal Tuhan kita Yesus Kristus, bisa beribadah dan datang kepada-Nya setiap saat dan setiap waktu. Mana yang kita pilih?
Mari kita berdoa. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar