Selasa, 14 Juni 2011

Mental Pengemis


Selamat pagi Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan.
Gong Xi Fat Choi.
Selamat Tahun Baru Imlek.

Biasanya kalau Imlek, seka hujan, tapi biarlah itu tidak emmnghalangi kita untuk mendengarkan firman Tuhan. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan, mari kita berdoa. Amin.

Dulu waktu Belanda dan Jepang menjajah Indonesia, mereka meninggalkan warisan buat bangsa Indonesia, yang sampai saat ini ada di beberapa masyarakat Indonesia. Belanda meninggalkan warisan ‘mental budak’, yaitu mental kalau disuruh baru dikerjakan. Dan pekerjaannya akan baik/beres kalau si bos ada disitu sama-sama dia, tapi kalau bos nya tidak ada, maka pekerjaannya pasti semrawut/berantakan. Sedangkan Jepang meninggalkan warisan ‘mental pengemis’, yaitu mental tangan di bawah, pengennya dikasih dan dikasih terus. Kedua warisan ini masih bisa ditemui di Indonesia. 

Dan ternyata di Alkitab juga ada orang yang punya mental seperti itu, padahal negaranya tidak pernah dijajah sama bangsa Jepang.
Dia adalah Gehazi, hambanya Elisa, yang punya mental pengemis.
Yuk kita buka 2Raja 5:19-27.

Naaman, adalah panglima Raja Aram yang telah mendapatkan kesembuhan berkat nasihat Elisa. Dan ketika Naaman hendak memberikan ucapan terimakasihnya kepada Elisa, Elisa menolaknya. Waktu Gehazi tahu hal itu, Gehazi menjadi berpikir, kalau dalam bahasa sekarang, “tuanku ‘oon banget, kenapa dia tidak mau ambil itu hadiah, lebih baik aku aja yang ambil”.

Bapak/Ibu/Saudara,  Tuhan Yesus dalam mat 7:7 sebenarnya mengajarkan kepada kita untuk punya mental pengemis. Tapi mental pengemis yang berkenan di hadapan-Nya. 

Seperti apakah mental pengemis yang berkenan di hati Tuhan:

1.       Yang tidak memanfaatkan (ay. 20-22)
Gehazi memanfaatkan Naaman untuk mendapatkan apa yang ia ingini, yaitu setalenta perak dan dua potong pakaian. Ketika Gehazi mendapatkan ekkayaan itu, maka Gehazi juga mendapatkan penyakit kusta Naaman. Tuhan Yesus berkata dalam Mat 7:7 untuk meminta kepada Tuhan, dan bukan memanfaatkan orang lain. 

“Ah kebetulan P’Jong sendirian di rumah, temani dia ah, supaya nanti bisa ambil semen 1 sak dan bayarnya bulan depan”

Bapak/Ibu/Saudara, mental pengemis yang memanfaatkan orang lain itu yang tidak disukai oleh Tuhan. Setelah mendapatkan apa yang diingininya, Gehazi pura-pura tidak tahu apa-apa ketika Elisa bertanya kepadanya, “saya tidak pergi kemana-mana kok”.

2.       Yang jujur (ay. 25)
Gehazi tidak jujur, padahal kalau jujur pasti Tuhan akan maafkan dia. Tuhan Yesus berkata dalam Mat 5:37 untuk katakan ya jika ya dan tidak jika tidak. 
Tapi ternyata Gehazi tidak jujur. Dia sudah berbohong kepada Naaman, n ternyata dia juga berbohong kepada Elisa.
Berapa banyak dari kita yang tidak mau jujur kepada suami/istri/orangtua kita? berapa banyak yang sudah menipu orang lain? Tuhan menginginkan kita jujur di hadapan-Nya. 

Tuhan itu Mahatahu, Dia mengetahui apa yang kita pikirkan, yang kita rasakan, yang kita alami,, jadi jangan pernah mencoba berbohong kepada-Nya. Jujur saja kepada Tuhan, dan juga kepada sesama.

Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar