Senin, 05 Desember 2011

berkat Tuhan...

BERKAT TUHAN ATAU SUSAH PAYAH
AMSAL 10:22

Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. (ITB)
The blessing of the LORD makes one rich, and He adds no sorrow with it. (NKJV) – berkat TUHANlah yang membuat seseorang menjadi kaya, dan Dia tidak menambahkan kesedihan dengan kekayaan itu


Saudara, saya membaca di surat kabar Kompas, Minggu, 17 Juli 2011, tentang seorang perempuan muda yang berhasil di Singapura. Perempuan ini adalah orang Indonesia, yang karena kerusuhan di Jakarta pada tahun 1998, akhirnya mengungsi ke Singapura dan mulai kuliah disana. Yang menarik adalah berita yang ditulis dalam koran tersebut, yang mengatakan kalau Merry Riana, adalah seorang miliarder muda di Singapura, dengan penghasilan + 1 juta dolar Singapura (sekitar 7 miliar rupiah), padahal waktu itu ia masih berusia 26 tahun. Disana ditulis, “dengan mimpi, semangat, dan kerja keras, ia menjadi miliarder di usia muda’.

Koran Kompas juga menuliskan kisah mengenai seorang TKI yang bernama Sarmini, yang menjadi sarjana di Malaysia. Di Kompas hari Senin, 18 Juli 2011, tertulis, “berkat tekad, semangat, rajin belajar di sela-sela kerja keras di rumah majikannya, dan ketekunannya, ia (Sarmini) pulang dari Malaysia dengan menggondol gelar sarjana muda. Kini ia ditawari bekerja di pemerintahan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Ketika membaca kedua berita itu, spontan saya langsung berkata dalam hati, ‘wuih beruntung sekali mereka berdua’. Banyak yang susah payah sekolah ke luar negeri, ketika selesai kuliah pun tidak bisa menjadi miliarder, bahkan mendapatkan pekerjaan saja susah. Atau tentang TKI itu, bukannya banyak diberitakan hidup TKI yang susah dan dianiaya? Tapi ternyata dia malah bisa mendapatkan gelar sarjana muda di Malaysia. Benar-benar beruntung. Hoki.

Tapi saya kemudian berpikir lagi, di Kristen kan tidak ada hoki atau kebetulan. Ini pasti anugerah dan berkat Tuhan. Karena mereka bekerja keras dan tekun serta semangat dalam mencapai mimpi/cita-cita mereka, maka Tuhan memberkati usaha dan ketekunan mereka, sehingga mereka berhasil.
Tapi ada tidak, orang yang sudah bekerja keras dari pagi sampai malam, sampai ketemu pagi lagi, tapi tidak mendapatkan kesuksesan seperti dua perempuan tadi? Ada. Dan banyak. Banyak orang yang sudah kerja mati-matian, tapi untuk makan sehari 3x aja tidak bisa. Banyak orang yang sudah kerja keras, tetap aja tidak bisa membayar uang sekolah. Banyak orang yang sudah setengah mati kerja, tetap aja tidak bisa membeli rumah sendiri, dan masih harus ngontrak, atau tinggal di rumah mertua (kalau yang sudah menikah).

Apa itu berarti Tuhan tidak memberkati usaha orang-orang yang berjerih lelah? Apa itu berarti Tuhan pilih kasih? Sebenanya apa sih ukuran seseorang itu diberkati Tuhan atau tidak?

Mari kita membuka Amsal 10:22, kita akan membacanya secara bersama-sama.   

Ayat ini mengatakan berkat TUHANlah yang menjadikan kaya. Berarti semua orang yang kaya, adalah orang yang diberkati oleh TUHAN. Berarti kekayaan yang dimiliki oleh seseorang merupakan berkat dari TUHAN dan bukan karena kerja keras atau usaha mereka?
Wah kalau saya bilang begini, mungkin ada diantara kita yang bilang, ‘enak aja neh Maria ngomong, mana mungkin kekayaan datang begitu saja, pasti harus tetap ada usaha dong, emangnya kalau saya makan-tidur aja, saya bisa kaya? Tidak, saya harus kerja keras untuk memiliki kekayaan saya ini’.

Saya setuju dengan pemikiran itu. Memang tidak ada kekayaan yang langsung turun dari langit. Tetap harus ada usaha dan kerja keras dari kita. Namun satu hal yang jangan sampai kita lupakan, sekuat apapun kita kerja keras, sebesar apapun kita banting tulang, tapi kalau Tuhan tidak memberkatinya, maka semua itu sia-sia.

Jadi apa yang harus dilakukan? Yah seperti slogan yang biasa kita dengar, ORA ET LABORA, berdoa sambil bekerja. Tidak melupakan Tuhan dalam pekerjaan kita, karena tetap ‘berkat TUHANlah yang menjadikan kaya’.

·         Seorang dokter sedang memeriksa seorang pasien pria yang terbaring lemas di meja operasi. Setelah beberapa saat, sang dokter berkata kepada istri pria tersebut, ‘maaf bu, dengan berat hati saya ingin memberitahukan bahwa suami ibu sudah meninggal. Kami sudah berusaha, tolong ibu sabar dan tabah yah’. Suasana menjadi hening. Tiba-tiba, terdengar suara lemah dari atas meja operasi, ‘tidak, saya masih hidup’. Istrinya menepuk pelan tangan suaminya itu dan berkata, ‘huss, dokter kan lebih tahu daripada kamu’.

Saudara, istri itu lebih percaya diagnosis dokter yang mengatakan suaminya sudah mati, dan tidak mempercayai suaminya sendiri yang jelas-jelas masih hidup. Dengan menganggap kekayaan, adalah hasil usaha kita sendiri, dan mengabaikan pertolongan Tuhan, itu sama seperti istri yang menolak kenyataan bahwa suaminya masih hidup.
Saudara, kekayaan yang kita miliki adalah berkat dari Tuhan, dan Tuhan meminta tanggung jawab kita dalam mengelola dan memakai kekayaan tersebut.

Yang kedua, ‘susah payah tidak akan menambahinya’. Apa maksud bagian ini? Apakah ini berarti kita tidak usah bersusah payah, tokh itu tidak akan menambahkan kekayaan kita?
Kalau saya membandingkan dengan tafsiran lain, bagian ini menggambarkan mengenai TUHAN yang tidak menambahkan kesedihan dengan kekayaan itu (the blessing of the LORD makes one rich, and He adds no sorrow  with it).
Berkat Tuhanlah yang membuat seseorang menjadi kaya, dan Dia tidak menambahkan kesedihan dengan kekayaan itu.
Apa maksudnya?

Saudara, tidak semua kekayaan itu membawa sukacita atau damai sejahtera. Ada banyak orang kaya yang malah hidupnya tidak bahagia. Malah banyak orang kaya dan terkenal yang mati bunuh diri, misalnya saja beberapa artis korea yang sedang naik daun.
Tapi kebanyakan orang ingin kaya, benar kan? “Ya iyalah, yang pasti lebih enak kaya dong dibandingkan miskin”. Jadi orang kaya kan bisa beli semua yang diingini, bisa dihargai di masyarakat, di gereja juga, bisa jalan-jalan ke luar negeri, dll. Saya dulu juga sempat berpikir begitu, tapi kemudian saya tahu bahwa yang menjadi sumber kebahagiaan dan sukacita bukanlah kekayaan.
Kekayaan adalah salah satu berkat Tuhan, tapi yang lebih penting adalah sukacita dalam ‘menghabiskan’ berkat Tuhan itu. Amsal 10:22 ini menuliskan bahwa yang namanya kekayaan yang berasal dari berkat Tuhan itu tidak akan menimbulkan kesedihan.
Berarti ada kekayaan yang menimbulkan kesedihan atau kesengsaraan? Iya, ada. Yaitu kekayaan yang dihasilkan dari jalan yang tidak benar. Misalnya saja kekayaan yang dicapai dengan cara memuja setan. Biasanya ada yang harus ditukar, entah sakit penyakit, atau kematian anak/saudara, entah hati yang tidak damai, dll. Itu adalah kekayaan yang didapat bukan karena berkat dari Tuhan.

Berkat TUHANlah yang membuat seseorang menjadi kaya, dan Dia tidak menambahkan kesedihan dengan kekayaan itu.
Kekayaan yang berasal dari Tuhan tentunya akan membawa sukacita dan damai sejahtera.

Lalu bagaimana dengan yang tidak kaya, apakah itu artinya tidak diberkati oleh Tuhan?
Saudara, berkat Tuhan tidak hanya berupa kekayaan saja. Tapi kesehatan, itu juga adalah berkat Tuhan. Bisa bernafas tanpa memakai tabung oksigen, itu adalah berkat Tuhan. Kehidupan keluarga yang damai, itu juga adalah berkat Tuhan. Kepintaran, relasi yang baik dengan sesama, itu juga adalah berkat Tuhan.

Jangan pernah mengukur berkat Tuhan hanya dari kekayaan saja, karena ada yang lebih besar daripada kekayaan, yaitu damai sejahtera di dalam Tuhan, kehidupan kerohanian yang bertumbuh dalam Tuhan, dan kekayaan yang terpenting adalah keselamatan di dalam Kristus Yesus.


   
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar