Selasa, 13 Maret 2012

KASIH YANG MEMISAHKAN

Kejadian 25:19-28

Selamat malam ibu2 yang dikasihi Tuhan.
Malam ini tema renungannya adalah “kasih yang memisahkan”. Kita akan membaca dari Kejadian 25:19-28.
Sebelumnya mari kita berdoa.
Amin.

Ibu2 yang dikasihi Tuhan, pernah mendengar pepatah ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’? Apa maksud dari pepatah tersebut?
Ya benar, maksudnya adalah kelakuan anak pasti tidak jauh berbeda dengan kelakuan orangtuanya. Ada satu dosen saya yang pernah mengatakan seperti ini, “kalian yah para putri, kalau mencari pacar, jangan cuma lihat sekarang, lihat wajahnya yang ganteng, itu tidak cukup, kalian harus lihat seperti apa bapaknya, karena nanti kalian menikahi orang yang tidak jauh berbeda dengan bapaknya itu. Kalau mau lihat pacar kalian nantinya menjadi suami yang bertanggungjawab atau tidak, lihat bapaknya, kalau bapaknya bertanggungjawab, maka pacar kalian sudah punya nilai plus. Kalau mau lihat pacar kalian bertanggungjawab atau tidak, lihat bagaimana perlakuannya terhadap mamanya dan keluarganya”.

Saya tidak tahu apakah perkataannya benar atau tidak, tapi ketika saya melihat teman-teman saya yang sudah menikah, ternyata memang tidak berbeda jauh. Itulah sebabnya bagi orang Jawa ada parameter dalam mencari calon menantu: bibit bebet bobot. Anak siapa (keturunan), bagaimana keadaan ekonominya (materi), kualitasnya (gelar pendidikannya).

Ternyata, anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya, baik secara pengajaran/pendidikan di rumah, kebiasaan di rumah, dan kondisi yang ada di rumah tersebut.
Dan anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti kebiasaan orangtuanya.

Bagian firman Tuhan yang kita baca tadi mengisahkan tentang Esau dan Yakub. Tapi bukan mereka yang akan kita bahas dalam malam ini, melainkan orangtua mereka.
Siapa orangtua mereka? Ya benar, Ishak dan Yakub.

Mari kita perhatikan ayat 28 “Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub”.

Pertanyaannya, kenapa Ishak bisa lebih mengasihi Esau? Bukankah sebelumnya Ishak berdoa kepada Tuhan untuk meminta anak (ay. 21), dan ketika Tuhan memberikan anak, bahkan dua sekaligus, ternyata Ishak dikatakan lebih mengasihi Esau, dan lucunya, alasan Ishak mengasihi Esau karena soal perut. Ishak suka makan daging buruan, dan karena Esau suka berburu, maka Esau pun lebih dikasihi dibandingkan Yakub.
Tapi menurut saya, alasannya lebih dari sekedar perut atau masakan daging buruan. Alasan sebenarnya kenapa Ishak lebih mengasihi Esau adalah karena Esau adalah anak sulungnya. Anak yang nantinya akan mewarisi ¾ bagian dari seluruh harta kekayaannya.
Bukankah itu juga yang dilakukan oleh Abraham kepada Ishak? Dalam Kejadian 25:5 dituliskan bagaimana Abraham memberikan segala harta bendanya kepada Ishak dan mengusir anak-anaknya yang lain. Abraham pun dulu lebih mengasihi Ishak dibandingkan Ismael dan anak-anaknya yang lain.
Perlakuan ini ternyata menurun kepada Ishak. Ishak lebih mengasihi Esau daripada Yakub.
Anak pertama cenderung lebih dikasihi daripada anak kedua dan seterusnya.
Suatu ketika, ada seorang ibu yang memiliki 6 orang anak. Ketika anak-anaknya sudah besar, ada seorang teman yang menanyakan kepadanya, apakah ada perbedaan mengurus anak yang pertama sampai dengan yang keenam. Ibu ini menjawab, “wah beda banget”, katanya.
“waktu anak pertama saya tersedak, saya langsung telepon dokter dan sudah siap membawa anak saya ke rumah sakit. Tapi waktu anak saya yang bungsu makan sabun, saya kasih dia minum air putih yang banyak”.

Ibu2 yang dikasihi Tuhan, perlakuan yang membedakan anak itu biasanya disadari oleh anak itu sendiri, mungkin orangtua tidak menyadarinya, tapi anak menyadari. Hal yang kecil, ketika anak yang satu pulang ke rumah disambut dengan baik, sedang anak yang lain tidak disambut, itu akan menimbulkan kepahitan. Mungkin si anak tidak akan berbicara langsung, tapi dalam hati dan pikirannya akan tertanam: si mama lebih sayang sama cici/koko/dede.
Apalagi kalau sudah membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang lain. Belum lagi perkataan yang menusuk dan menyakitkan, “bodoh, malas, dll”.
Jangan salahkan anak, kalau anak jadi tidak dekat dengan orangtua yang seperti itu.

Kasih sayang orangtua yang berbeda terhadap satu anak dari anak yang lainnya, kasih seperti itulah yang akan memisahkan hubungan anak dan orangtua.

Yang kedua, dalam ay.28b dituliskan Ribka kasih kepada Yakub. Saya pikir ini adalah naluri seorang ibu. Ketika melihat anak yang satu tidak dikasihi oleh ayahnya, maka cenderung seorang ibu akan mencurahkan kasihnya kepada anak yang kurang sentuhan papanya tersebut.
Dan memang Ribka sangat mengasihi Yakub, sampai2 Ribka lah yang mencari cara supaya Yakub memperoleh hak kesulungan Esau. Salahkah seorang ibu membela anaknya? Tidak salah, tapi yang salah adalah cara yang digunakan dalam membela anaknya.
Ribka lupa kalau Esau juga adalah anak yang lahir dari rahimnya. Ribka lupa kalau sebelumnya, Ribka pun sudah meminta petunjuk dari Tuhan ketika ia sedang hamil kedua anaknya tersebut (ay. 22b). Tapi karena kasihnya yang begitu besar kepada Yakub, Ribka melupakan semua itu, bahkan melakukan kejahatan dengan memfasilitasi Yakub dalam menipu Ishak, bapaknya sendiri.
Hasilnya, hubungan Yakub dan Esau renggang. Yakub harus melarikan diri ke Mesopotamia, sedangkan Esau hidup dengan kebencian terhadap Yakub. Dan Ribka pun harus kehilangan anak2nya, bukan cuma Yakub, tapi juga Esau.
Kalau saja Ribka bisa lebih tegas dan betul2 menunjukkan kasih sayang yang benar kepada Yakub, tentunya dia tidak akan terpisah dari Yakub dan tentunya Yakub dan Esau tidak perlu bermusuhan sekian tahun lamanya.

Ada seorang ibu yang hanya memiliki satu anak. Ibu ini mencurahkan seluruh kasih sayangnya buat si anak. Apa yang anak ini pengen, pasti dikasih. Begitu seterusnya, sampai anak ini berusia 17 tahun. Di ulangtahunnya yang ke-17, anak ini meminta satu hadiah. Tapi ibunya tidak mau memberikan. “Ayolah mah, selama ini kan aku minta apa saja pasti mama berikan, sekarang aku cuma minta ini, masa seh tidak boleh”, anaknya terus membujuk si mama. Ibu itu tetap tidak mau memberikan apa yang diminta si anak. Anak itu terus merengek, “masa seh cuma lipstik aja tidak boleh, aku kan sudah besar mah, sudah berumur 17 tahun, ayolah mah, ini kan hari ulang tahunku, aku mau pakai lipstik, aku mau tampil cantik mah”. Mamanya dengan teriak berkata, “mama bilang tidak boleh, ya tidak, mengerti kamu Doni!”

Ibu2 yang dikasihi Tuhan, kadang hati seorang ibu tidak tega melihat anaknya kesusahan atau menderita, sehingga dengan banyak cara, seorang mama akan berusaha untuk menolong anaknya tersebut. Namun hati2, jangan sampai akhirnya kita malah menjerumuskan anak kita, karena kasih sayang kita yang terlalu berlebihan kepada si anak.
Karena terlalu dimanja, anak bisa tidak mandiri. Karena terlalu disayang, anak jadi tidak terlalu menghormati orangtua. Karena terlalu dibebaskan, anak bisa masuk dalam pergaulan yang salah.

Tindakan kasih yang berlebihan dari orangtua pada akhirnya akan menyusahkan kehidupan anak-anaknya. 

Jadi seharusnya bagaimana? Bagaimana agar kasih yang kita miliki tidak memisahkan hubungan kita dengan anak? Bagaimana agar kasih yang kita berikan kepada mereka tidak menyusahkan hidup mereka?

Kita harus kembali kepada Kristus. Kasih Kristus kepada manusia itulah yang harus kita teladani. Yesus tidak membeda2kan kasih-Nya. Ia mengasihi pemungut cukai, perempuan berzinah, perempuan Samaria, dan orang-orang yang tersisih dari masyarakat dikasihi-Nya.
Ia tidak membedakan antara murid yang satu dengan yang lain. Ia menganggap mereka semua sama, sama-sama membutuhkan kasih dan anugerah-Nya.

Ketika kita meneladani kasih Kristus itulah, maka kasih kita tidak akan memisahkan, malah sebaiknya mempersatukan anggota keluarga kita. Dan Amsal 31, tentunya bisa distempel di hidup kita, isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata.

Amin. Mari kita berdoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar