Selasa, 13 Maret 2012

KUASA TUHAN BILANGAN 11:4-23

Selamat pagi, Bapak/Ibu/Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Pagi ini kita akan sama-sama belajar dari firman Tuhan yang terambil dalam Bilangan 11:4-23.
Mari kita membacanya secara bergantian.
Sebelum kita merenungkan bagian ini, mari kita berdoa. Amin.

Saudara, saya teringat dengan satu acara di televisi, kalau tidak salah judulnya “Masihkah Engkau Mencintaiku?”, dengan pembawa acaranya adalah Dian Nitami dan Helmy Yahya.
Acara ini memberi kesempatan kepada suami-istri yang bertengkar/ingin bercerai untuk bisa berbicara dari hati ke hati, mengungkapkan kekuasaan dan harapannya terhadap pasangan masing-masing. Hasilnya nanti ada yang kembali bisa memaafkan, atau malah ada yang langsung marah dan tidak mau memaafkan pasangannya lagi.

Tidak semua yang namanya berbicara dari hati ke hati, akan mengeluarkan uneg-uneg kita, itu akan mendapatkan respon yang positif. Tergantung juga pada bagaimana kita mengeluarkan uneg-uneg/isi hati/kekecewaan kita tersebut.

Dalam firman Tuhan yang kita baca tadi, ada juga orang yang saling ‘protes’, ayat 4-6 menuliskan “orang-orang bajingan kemasukan nafsu rakus dan orang Israel menangis, minta daging dan mereka mulai membandingkan keadaan mereka dengan wkatu mereka masih ada di Mesir”.

Siapa itu orang-orang bajingan? Ada yang mengatakan orang-orang bajingan itu adalah orang-orang non-Israel yang ikut pergi dari Mesir setelah melihat perbuatan ajaib Tuhan kepada Israel dan Mesir (Keluaran 12:38).
Mereka memprovokasi bangsa Israel, sampai Israel menangis meminta daging dengan mengatakan, disini yang kami lihat cuma manna saja, kami mau daging, lihat sekarang kami kurus kering, padahal waktu di Mesir, kami bisa makan ikan dengan gratis, semua hasil tanah Mesir bisa kami nikmati, dengan tidak bayar apa-apa.

Apakah pernyataan mereka benar, bahwa mereka gratis makan semuanya? Tidak. Mengapa? Karena waktu di Mesir, makanan yang mereka makan “dengan gratis” itu harus dibayar dengan kemerdekaan mereka sebagai manusia. Mereka menjadi budak, harus kerja rodi, ditindas dan tidak dihargai, benar-benar menjadi seorang budak.
Sir William Wallace, dari Skotlandia, yang dikenal dengan julukan Braveheart (filmnya dibintangi oleh Mel Gibson), mengatakan “kalian boleh menghabisi nyawa kami, tetapi tidak kemerdekaan kami”.

Saudara, orang Israel lebih senang jadi budak di Mesir, daripada menjadi orang bebas. Itu dikarenakan urursan perut. Israel bosan dengan manna, roti dari sorga itu, Israel menolak manna dan mempertanyakan “siapakah yang akan memberi kita makan daging”. Mereka menolak Tuhan yang telah memberikan kemerdekaan, menjadikan mereka menjadi umat pilihan, dan akan diberikan tanah perjanjian.

Akhirnya apa yang Tuhan lakukan? Ayat 18-20, Tuhan akan memberikan mereka daging, bukan hanya 1 hari, tapi 1 bulan, sampai mereka muak.

Bapak/Ibu/Saudara, ‘permintaan daging’ akhirnya menjadi kutuk bagi Israel. ‘Permintaan daging’ membuat Israel menolak Tuhan. ‘Permintaan daging’ membuat Israel lebih senang menjadi budak di Mesir daripada menjadi umat Allah yang telah dimerdekakan.
Urusan perut membuat Israel mempertanyakan kuasa Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga membandingkan keadaan kita waktu belum percaya Yesus dengan setelah percaya Yesus? Sebelum aktif di gereja dengan sesudah aktif?

Lebih enak dulu waktu belum percaya, hidup ku sukses secara materi, sekarang mah mau beli keperluan anak harus mikir ratusa kali. Sudahlah, tidak usah terlalu aktif di gereja, tidak usah kasih perpuluhan, tidak usah ikut kebaktian. Karena percuma, tidak bisa ‘makan daging’, cuma bisa ‘makan roti’ saja.

Mulailah kita meragukan Tuhan dan kuasa-Nya.
Hati-hati Saudara, apa yang kita ingini, belum tentu itu terbaik buat kita.
Jangan biarkan keinginan kita nantinya malah menjadi kutuk, menajdi tidak baik buat kita sendiri.
Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita, tanya dan mintalah kepada-Nya, tapi jangan menggerutu dan mempertanyakan kuasa-Nya, apalagi menolak Dia.

Sama seperti orangtua yang tidak akan memberikan pisau kepada anaknya yang masih kecil, karena takut nanti jari tangan anaknya terpotong.
Tuhan tahu memberikan yang terbaik karena Ia berkuasa.


Ketika Musa mendengarkan keluhan dan tangisan orang Israel, Musa menjadi tidak tahan. Ia datang kepada Tuhan dan mengeluarkan uneg-unegnya.
Ini yang membedakan keluhan orang Israel dengan keluhan Musa.

Orang Israel tidak langsug datang kepada Tuhan mengungkapkan keinginan mereka, sebaliknya, mereka malah saling memprovokasi satu sama lain.
Beda sekalli dengan Musa, yang langsung datang kepada Tuhan dan mengungkapkan kekecewaan-Nya, bahkan juga mempertanyakan kebaikan Tuhan.

Musa merasa tidak sanggup memimpin Israel seorang diri. Bagaimana tidak, Musa sudah mengalami perjalanannya bersama dengan bangsa yanng tegar tengkuk, yang hanya bisa protes setiap kali mendapatkan tantangan.

Sampai ayat 15, Musa minta Tuhan untuk membunuh dia saja.
Ayat 11-15 merupakan doa Musa yang kalau kita perhatikan begitu tulus dan apa adanya. Tidak ada kepura-puraan didalamnya.

Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan.
Apa yang dilakukan Tuhan dalam menjawab keluhan Musa?
Ayat 16-18, Tuhan akan memberikan teman yang akan menolong Musa dalam memimpin bangsa Israel, yaitu 70 orang tua-tua.
Tuhan tidak membiarkan Musa sendirian, karena Tuhan tahu apa yang Musa rasakan dan Tuhan berkuasa untuk melakukan apa saja yang Ia mau, termasuk menyediakan daging selama 1 bulan full untuk dikonsumsi oleh 600 ribu orang (ayat 20-21).

Musa mendapatkan belas kasih Tuhan, karena Musa langsung datang kepada Tuhan mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan, secara jujur dan terbuka.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih memakai topeng ketika kita datang kepada Tuhan? Apakah hidup kita penuh dengan kepura-puraan? Apakah kita mempunyai relasi doa yang indah bersama dengan Tuhan?

Ada seorang jemaat yang begitu puitis ketika berdoa. Suatu kali, dalam persekutuan rumah tangga, Bapak ini diminta untuk emndoakan seorang anak yang bernama Susi, yang sedang sakit. Lalu Bapak ini mulai berdoa, bla...bla....bla.....
‘Tuhan, sekarang kami mau berdoa untuk Susi yang sedang sakit, duh Susi...Susi...kok kamu sakit nduk’.

Saudara, ketika mendengar kisah ini, saya merasa lucu, Bapak ini begitu polos, dan saya rasa itu begitu indah, ketika doa = ngomong, tidak perlu pakai EYD, tapi kata-kata yang keluar dari hati.

Bapak/Ibu/Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika ada sesuatu hal yang mengganjal di dalam hati, ketika ada keinginan / harapan kita, jangan lari ke manusia, jangan menggerutu kepada Tuhan.
Tapi datanglah dalam doa kepada-Nya, karena Ia Tuhan yang berkuasa. Ia memberikan daging seperti yang diminta orang Israel. Ia memberikan teman dalam bertanggungjawab seperti yang diminta Musa. Karena Ia adalah Tuhan yang berkuasa dan tahu apa yang terbaik bagi umat pilihan-Nya.

Amin. Mari kita berdoa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar